Photo by Aron Visuals on Unsplash |
Detik berdetak menjadi menit, hari menjadi
minggu, lalu sebulan tak terasa akan ditemu. Waktu sibuk berlalu, akan rugi dirasa,
jika tak berbuat apa-apa. Waktu terlewati begitu saja. Terkulai lemas tak
berdaya, jika waktu sudah berjalan meninggalkan.
Manfaatkanlah waktu dengan sebaik-sebaiknya. Ibaratkan
pedang, yang bisa menghunus kapan saja, jika melalaikannya. Karena waktu tidak
akan bisa diputar kembali, juga tidak bisa dipercepat. Jika sebuah kesalahan
dilakukan dimasa lalu, maka tidak perlu disesali, apalagi hingga terus-menerus
ditangisi.
Namun, kesalahan-kesalahan tersebut, lebih baik
diperbaiki agar tidak terulang lagi dimasa depan. Kita hidup dimasa kini. Tidak
perlu mengkhawatirkan mengenai hal-hal yang belum terjadi. Semua sudah diatur
oleh Allah Subhana Wa Ta’Ala. Rezeki, kematian, jodoh. Akan tiba jika sudah masanya.
Sebagai fitrahnya, manusia memang memiliki rasa
takut, cemas, khawatir. Rasa resah, terkadang menghampiri, yang baru lulus
sekolah, bingung harus melanjutkan kuliah atau tidak. Karena terbentur masalah
biaya. Nah, yang sudah lulus kuliah, sibuk memikirkan nantinya mendapatkan
pekerjaan atau tidak.
Namun, juga tidak boleh terlalu santai dalam
menghadapi masa depan. Itu namanya menyia-nyiakan waktu. Intinya, lakukan semua
hal sesuai porsinya. Sejak kini, pikirkan cita-cita apa yang nanti ingin
diraih, pekerjaan apa yang ingin dilakukan.
Lakukan dengan bersungguh-sungguh dan sekuat
tenaga. Mulai untuk menulis rencana, atau tahapan dalam mewujudkan keinginan. Seimbangkan,
antara kerja dan do’a. Serahkan semuanya kepada-Nya. Jika hasil tidak sesuai
yang diharapkan, tak apa. Yang terpenting waktu tidak terbuang sia-sia, sudah
memanfaatkannya untuk membuat mimpi menjadi nyata.
ini Prosa jenis Senandika bukan ya Kak?
BalasHapusmenurut ku ini lebih ke prosa aja bang..
Hapus