Photo by Nhu Nguyen on Unsplash |
Suatu
ketika pernah, ada peristiwa yang tidak pupus dari ingatan. Saat sedang
mengobrol, sambil menyantap buah jambu yang dibawa oleh salah seorang teman, niatan
ingin berfoto sebagai kenang-kenangan. Karena pada saat itu berada di
penghujung akhir sekolah menengah pertama. Mendekati kelulusan. Namun, ada yang
aneh.
Gambar
itu diambil bersebelahan dengan seorang teman. Di sebaris itu hanya ada dua
orang. Namun, penglihatan ganjil terjadi. Dilihat dengan seksama dan penuh
perhatian. Aneh. Benar-benar aneh.
“Woy
teman-teman, lihat ini potonya, kenapa bisa jadi begini ya?”,sambil menyodorkan
handphone yang sedang dipegang.
“Maksudnya?
Aneh kenapa?”, tanya seorang teman keheranan.
“Tadi fotonya berdua, ini hasilnya bertiga”.
Seketika
keadaan langsung menjadi hening. Situasi ramai dengan suara obrolan, mendadak
menjadi diam. Masing-masing saling melihat sekeliling. Memastikan, bahwa yang
berada di ruangan kelas itu hanya ada mereka. Tidak lebih dan tidak kurang.
Namun, kenapa difoto itu bisa bertambah jumlahnya.
“Yaudah,
itu fotonya dihapus aja Uci”.
“Iya
ini, ku hapusaja ya, jadinya serem gini”.
Lancar
jari mencari menu pilihan untuk menghapus foto tersebut. Membuat jantung
berdebar, karena tebersit rasa takut dengan keanehan yang baru saja terjadi.
Kembali menyantap buah jambu, namun pikiran cemas dan penasaran masih
menggelayut dalam pikiran. Atmosfir dalam ruangan kelas itu pun turut menjadi
tidak karuan. Tidak ingin terulang kembali, segera Uci dan teman-temannya keluar dari tempat itu. Menuju lapangan olahraga,
di sana lebih banyak murid-murid sedang berkumpul.
Sejumput
kenangan di penghujung kelulusan sekolah menengah pertama. Berkesan hingga kini.
Terdapat kenangan dari sebuah benda kecil, yang disebut handphone itu. Karena
belum memiliki spesifikasi untuk memutar musik, maka dulu, mendengarkan radio adalah
kegiatan setiap hari yang dilakukan. Bahkan sampai hapal dengan waktu-waktu dimana,
lagu-lagu dari band favorit didendangkan. Juga dulu pernah "request", dan tidak
lupa untuk mengucapkan salam-salam khas, kepada seluruh para pendengar.
Layaknya
gelap malam
Yang
indah karna bintang
Layaknya
sang penyair
Yang
elok karna puisi
Bagiku
kau bintang
Selayak
puisi
Tetaplah
di sini peri kecil ku
Bagiku
kau bintang
Selayak
puisi
Temani
aku selamanya
Selamanya
Sambil
mendengarkan lagu, melatih diri menyusun kata-kata. Bait demi bait, bisa
menggantikan ucap yang terbungkam. Tidak mengenal majas apapun saat itu, hanya
tahu, bahwa dari sajak yang telah dibuat. Ada kalimat-kalimat indah yang bisa
menyentuh hati.
Bersambung......
0 komentar: