Minggu, Oktober 27, 2019

Telur Dadar

Photo by Igor Miske on Unsplash
Sayup-sayup membuka mata yang masih terpejam. Membangunkan raga yang masih lekat dengan rasa kantuk yang pekat. Bangkit dari selembar kasur, meninggalkan jejak-jejak mimpi yang tersulam indah semalam. Bercorak penuh tawa, di bawah rintikan hujan berlari-lari, ke sana dan ke sini. Ramai bersama teman-teman, menikmati air yang jatuh dengan derasnya. 

Rasa yang selalu dipendam. Terlalu berhasrat hingga terbawa ke alam mimpi. Ucapan penuh kasih sayang selalu melarang. Bermandikan hujan akan sakit, menurutnya. Seorang ibu yang pasti dan selalu peduli dengan anak-anaknya. Terutama si bungsu. Yang kini duduk di bangku sekolah dasar. Karena abang dan kakaknya beranjak remaja, kini, hanya ia selalu menjadi pusat perhatian.

“Uci, ayok bangun udah pagi. Siap-siap sholat subuh, dan berangkat ke sekolah”, suara lembut yang akan selalu dirindukan, berusaha untuk membangunkan. “Iya Ummi”. Bergegas melangkah mengambil handuk yang menggantung di pintu kamar, segera mandi membersihkan dan mensucikan diri dengan wudhu. Dua rakaat saat subuh, dengan niat bertawakal. Memanjatkan do'a agar orang-orang yang disayangi selalu diberkahi. Agar kelak bisa berkumpul kembali di surga dengan keluarga tercinta. Ayah, Ummi, kakak, abang dan Uci.

Suara sudip beradu dengan penggorengan. Gemercik minyak panas, saling bersahutan. Ayam berkokok turut serta meramaikan, suara khas dipagi hari. Seorang ibu yang sibuk menyiapkan sarapan. Kegiatan rutin yang selalu dikerjakan. Mengeluh? Tentu tidak. Pekerjaan yang setiap hari selalu dilaksanakan, tanpa ada libur, tanpa ada penghasilan yang tidak tetap. Tidak seperti karyawan pada umumnya. Menjadi ibu rumah tangga, sungguh melelahkan. Sepanjang hidup akan berkutat dengan urusan rumah. Namun, akan mendapatkan gaji yang tak terhingga, yaitu pahala yang berlipat ganda.

Semilir angin mengantarkan aroma harum dari dapur, sungguh tak asing dengan wangi yang menghampiri. Penciuman terasa kenal dengan olahan bumbu kesukaan. Dengan tergesa-gesa memakai seragam sekolah. Kemeja dikancing dengan cepat-cepat, rok panjang hijau segera dipakai, tak lupa juga untuk mengenakan kerudung.

Si bungsu menuntut ilmu di sekolah swasta. Sekolah yang lokasinya tidak jauh dari rumah, masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Cukup dengan sepuluh menit, bisa dilalui. Biasanya berangkat dengan adik sepupunya. Seragam sudah rapih dikenakan. Tanpa dasi yang menggantung di leher. Karena memang bukan peraturan yang tertera untuk mengenakan benda tersebut.

Memasukkan satu persatu buku-buku pelajaran yang tadi malam telah selesai dibaca. Tak luput pekerjaan rumah yang menjadi amanah dari ibu guru juga sudah diselesaikan. Melihat-lihat daftar pelajaran hari ini, yang tertempel di dinding dengan selotip menguning di setiap ujung kertasnya. Memilih-milih mana yang harus dibawa serta dalam tas, dan mana yang harus di tinggal.

Hari ini ada jadwal pelajaran olahraga. Harus membawa perlengkapan yang dibutuhkan. Baju kaos panjang, seragam yang diberikan dari sekolah, wajib untuk dimasukkan ke dalam tas. Turut bergabung dengan tumpukan buku-buku yang sudah memenuhi sedari tadi. “Hari ini banyak kali bawaannya, pasti berat”, gumam si bungsu.

Ketika membuka pintu kamar, aroma itu semakin menyeruak. Makanan kesukaan yang selalu dipinta setiap pagi untuk dihidangkan. Tidak pernah bosan untuk menyantapnya, kapan pun dan dimana pun. Pasti akan sangat semangat melahapnya. Irisan bawang merah dan putih akur dalam adonan, bercampur dengan sedikit garam menambah cita rasa yang tiada tara. Bahkan koki ternama pun tidak akan sanggup menyamai.

Masakan seorang ibu yang tulus. Tanpa pamrih, disajikan dengan penuh rasa kasih. Si bungsu segera menuju dapur, dan duduk di kursi menghadap meja yang telah tersedia sepiring nasi, beserta telur dadar juga segelas susu yang masih hangat. Sungguh menggugah selera, rasa lapar langsung menghampiri. Ingin segera menikmati.

“Hari ini Ummi masak telur dadar kesukaan Uci, di abisin yaa. Jangan lupa susunya juga diminum, mumpung masih hangat”.

“Iya Ummi, pasti Uci abisin. Kan ini kesukaan aku. Telur dadarnya dibawa ke sekolah juga ya Ummi, untuk bekal makanan”.

“Iya, nanti Ummi siapin untuk bekal ke sekolah, biar belajarnya makin semangat”.

Senyum ceria terlukis indah di wajah si bungsu, makanan kesukaan mengawali hari, menambah rasa giat menuntut ilmu, meraih cita-cita.
Sebelumnya
Selanjutnya

1 komentar:

  1. ini untuk tantangan pekan 7 kan? udah di-cc in Uncle? gimana tanggapannya? ehe

    jujur aku kurang begitu faham seoal Cerpen. hhe

    BalasHapus