Photo by Marion Michele on Unsplash |
Langkah tertatih
Bangun dan beranjak dari tanah basah
Sudah melebur ke dalam sukma
Membuang jauh-jauh pikiran busuk yang mengajak lagi berpasrah
Desiran angin lembut
Terasa menggit dingin di kulit
Tubuh terhuyung
Pandangan samar berkabut
Gemercik air sungai
Nyaring terdengar
Berdebar-debar
Menanti-nanti
Terbawa penasaran, kemana hulunya berujung
Perlahan tampak berubah
Perlahan tampak indah
Terhampar bianglala
Di langit biru, yang dulunya kelabu
Suka kak.
BalasHapusSusah emang kalau kata pasrah mengahmpiri.
bener-bener...
HapusMasih mencoba meresapi, pesan penulis
BalasHapushmm...semoga bisa tersampai dengan baik bang
HapusDan hanya kepada-Nya lah
BalasHapusKita berpasrah
Atas segala gundah
setuju mba...
HapusSemoga bianglala yang sementara mengabadikan syukur di dalam sukma
BalasHapusJangan dekati aliran sungai itu
BalasHapusKau tau? Bisa saja derasnya mengajakmu berenang
Kita tahu akal busuk sungai itu
Bisa saja nyawamu akan melayang.
Wah bagus kak puisinya 👍
BalasHapus