Tempat tinggal akan
terus melekat sebagai jati diri dari seseorang. Sebagai kampung halaman, tempat
untuk berpulang, mengenang segala peristiwa yang terus terngiang di dalam pikiran.
Tidak ada tempat yang lebih nyaman daripada rumah sendiri. Walaupun merasa
senang pergi merantau dan menetap di tempat yang jauh. Rasa rindu akan aroma
lingkungan asal, akan tetap memanggil untuk kembali.
Awak (saya) akan
bercerita tentang suatu kebudayaan, yang harus diketahui, dipahami, dan
tentunya dirawat. Agar tetap lestari juga terjaga hingga ke ujung masa. Sebuah
kota yang indentik dengan budaya melayunya. Pernah berdirinya sebuah kerajaan,
bermula pada tahun 1630. Dipimpin oleh seseorang yang bergelar Sultan hingga
generasi ke sebelas. Cukup lama untuk memimpin suatu wilayah yang berdekatan
dengan pesisir pantai.
Banyak suku di kota
ini, ada jawa, melayu, batak, dan lain-lain. Berbagai macam kebudayaan,
Alhamdulillah saat ini dapat hidup berdampingan secara damai. Indonesia Raya,
Bhinneka Tunggal Ika. Seperti yang ada di Kabupaten Asahan ini. Dengan ibu kotanya
Kisaran. Ada beberapa peninggalan-peninggalan terdapat di tempat ini.
Benda-benda dan bangunan bersejarah, sebagian dapat dirawat dengan baik, bahkan
tetap digunakan hingga kini. Namun, yang lain banyak yang terbengkalai lalu
lalai dari ingatan.
Terutama untuk generasi
masa kini, tidak banyak yang mengetahui sejarah dan budaya. Kabupaten Asahan
terdiri dari banyak kota. Salah satunya dan menjadi pusat pemerintahan ialah
Kisaran. Saat ini sudah berkembang dengan pesat, banyak pusat-pusat
perbelanjaan dan adanya kampus-kampus swasta untuk tempat belajar yang nyaman.
Namun, di sisi lain,
perkembangan kota Kisaran mengakibatkan sedikit demi sedikit menipisnya
pengetahuan mengenai sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya. Dengan kekhasan
suku melayu sebagai peninggalan kerajaan terdahulu, tidak terlihat corak-corak adanya
kehadiran kisah tersebut. Sehingga, anak-anak zaman sekarang tidak banyak yang
mengetahui tentang asal-muasal pendahulunya.
Selepas berdirinya
sebuah kerajaan, pada 22 Desember 1865. Belanda datang dan mulai menguasai. Di
pusat Kota Kisaran, tidak dapat dijumpai bangunan-bangunan atau cagar alam
bekas peninggalan Kesultanan Asahan. Namun, hingga kini banyak toko-toko yang
berjejer rapi yang dulunya sudah ada semenjak pemerintahan Kolonial.
Jejak-jejak peninggalan
Kesultanan Asahan cagar budaya tidak dapat ditemui. Hanya tersisa dari bekas
pemerintahan kolonial. Berupa bangunan rumah sakit dan pertokoan yang hingga
kini masih digunakan.
Karena pada saat
pemerintahan Belanda datang, mereka membuka lahan perkebunan. Untuk melengkapi
infrastruktur tersebut, mereka membangun rumah-rumah untuk para pimpinan
pekerja, dan rumah sakit.
Hingga kini, lahan
perkebunan tersebut masih beroperasi. Karena walaupun Belanda sudah tidak
memerintah lagi, kini telah dikelola oleh penduduk asli Indonesia. Oleh sebab
itu, rumah sakit tersebut juga terus digunakan hingga kini. Bangunan-bangunan
tersebut memiliki ciri khas dari arsitektur Belanda.
Namun, sangat
disayangkan cagar budaya peninggalan dari Kesultanan Asahan sudah tidak dapat
ditemui di Kota Kisaran. Ada beberapa meriam yang masih bisa dilihat, salah
satunya berada di Kota Talawi, Kabupaten Batubara. Wilayah tersebut sudah
berpisah dari Kabupaten Asahan. Kisah kerajaan yang dulu pernah berjaya
berdiri, semoga bisa tetap dapat disampaikan kepada anak dan cucu dikemudian
hari.
Walaupun cagar
budayanya sulit untuk ditemui, tetapi masih ada kisah yang bisa diceritakan.
Itu tetaplah sejarah yang tidak boleh dilupakan. Dan peninggalan dari masa
penjajahan Belanda, berupa bangunan-bangunan tua juga merupakan saksi bisu dari
kisah masa lalu. Pemerintahan sebelum adanya kemerdekaan Indonesia. Selama tujuh
puluh tujuh tahun menguasi Asahan, hingga akhirnya Jepang dating, dan merebut
kekuasaan.
Bangunan-bangunan tua
itu juga sebagai bukti, banyaknya kisah yang sudah terjadi. Perebutan kekuasaan
penjajahan, perkembangan sebuah kota kecil. Hingga kini, sudah merdeka dan
mengalami banyak kemajuan.
Bukan sekedar bangunan
berlantai dua atau tiga. Namun, lebih dari itu. Perjuangan-perjuangan yang
dilakukan untuk memerdekakan Indonesia, khususnya Kota Kisaran. Lepas dari
genggaman penjajahan, agar generasi yang hidup di masa kini dan masa mendatang
tidak perlu lagi hidup dalam tekanan. Bisa merdeka, hidup dengan layak dan
tenang.
Perjalanan waktu yang
telah dilalui menjadi pembelajaran, agar terus merawat cagar budaya yang berada
di sekitar. Karena hal tersebut juga merupakan bagian dari kehidupan, dan jati
diri. Mulai sekarang, para generasi masa kini, sudah saatnya untuk melestarikan
kebudayaan yang dimiliki.