Minggu, Desember 22, 2019

Membeku Dengan Waktu

Photo by Quino Al on Unsplash
Rinduku kian menggunung
Membawa setumpuk gelisah di dada
Menyentuh sukma hati terdalam
Hingga memaksa keluar tetesan tangisan

Mencari-cari di setiap sudut rumah
Aroma tubuh
Repetan setiap waktu

Terlalu banyak penyesalan
Terlalu banyak yang belum diberikan

Sudah sekian tahun
Berlalu dengan angkuh
Sedetik pun enggan kembali
Berjalan dengan keacuhan

Saat itu
Hanya ingin melihat masa itu
Waktu urung terbuka
Kerinduan justru semakin menyiksa asa

Lekat-lekat mengingat
Raut wajah keiput
Menghalang waktu yang terus melaju

Benang rindu ini
Akan selalu tertenun
Cinta tidak akan pernah padam
Hangat bermakna
Walaupun ia sudah tiada

Toko Buku


Istilah yang sangat umum dan sering didengar, bahwa buku ialah jendela dunia. Dengan membaca banyak ilmu yang didapat. Bagi sebagian orang, memang terasa berat, bahkan katanya seperti dihipnotis. Baru membuka beberapa halaman rasa kantuk langsung melekat.

Membaca beberapa baris, rasa jenuh pun menghampiri dan ingin segera bergegas menutup buku. Kegiatan membaca buku memang masih jarang dilakukan, sepinya perpustakaan menandakan kurangnya minat baca, khususnya para anak-anak muda. Cafe dan restoran menjadi tempat favorit untuk menghabiskan waktu luang.

Padahal ada banyak manfaat yang dapat diperoleh jika membaca buku. Selain menghilangkan rasa bosan, karena banyak waktu senggang. Berikut beberapa hal yang bisa dijadikan acuan agar semangat untuk membaca buku :

1. Membuat awet muda

Jika sering membaca buku maka, pikiran akan terus fokus. Otak akan tetap bekerja, sehingga menghambat penuaan berupa pikun. Membaca hal-hal positif akan meningkatkan kinerja otak menjadi semakin baik.

2. Meningkatkan Daya Analisa

Informasi yang diterima, baik itu dalam bentuk cerita dongeng, artikel dan lain-lain. Akan membuat kita berfikir tentang alur dari bacaan tersebut. Hal itu yang membuat daya analisa akan berkembang.

3. Menambah Kosakata

Bagi seorang penulis, membaca merupakan media pembelajaran yang sangat ampuh. Referensi dari bacaan sehari-hari akan menambah perbendaharaan kata untuk membuat sebuah tulisan. Selain itu juga dapat menambah ilmu teknik-teknik dalam menulis. Karena setiap orang memiliki gaya kepenulisan yang berbeda. 

Dan masih banyak manfaat yang lain. Untuk menumbuhkan minat membaca juga tidak sulit. Mulai dari hal-hal yang disukai. Awali dengan bacaan yang ringan-ringan, jika menyukai olahraga, bisa mencari buku yang sesuai bidang tersebut. Tidak perlu langsung membaca topik yang sulit, justru hal itu yang akan menumbuhkan perasaan malas dan mudah jenuh.

Mencari buku-buku yang diminati sekarang tidak sulit. Tidak perlu pergi jauh keluar rumah, cukup dengan smartphone dimiliki bisa memilih sesuka hati. Kini Kudan.co, menyediakan berbagai jenis buku. Mulai dari novel, pengetahuan umum, agama, kisah-kisah inspiratif, daln lain lain.

Cara pemesenannya sangat mudah. Cukup kunjungi media sosial Instagram : @kudan.co. Melalui akun tersebut tersedia berbagai buku yang dibutuhkan, dijelaskan secara detail, berupa penulis, penerbit, jumlah halaman, jenis cover yang digunakan. Hingga dapat mengetahui spesifikasi buku yang ingin dibeli.  


Jika tidak mendapatkan buku yang diinginkan jangan bersedih, segera hubungi penjual  Lusi Dan (saya) melalui aplikasi WhatsApp ke nomor 0823-0425-2465. Tidak perlu khawatir dengan harga, sudah pasti terjangkau, kualitas yang diberikan juga tidak akan mengecewakan. Semua buku yang dijual masih baru dan original.


Bahkan ada paket super murah. Bagi pecinta buku dan yang hobi membaca buku, bisa menghemat uang dengan membeli paket ini. Hasil karya dari para penulis hebat, hanya dengan  Rp 135.000 sudah bisa mendapatkan lima buku sekaligus. Masih banyak paket murah lainnya. Mulailah membaca buku dan segera beli di Kudan.co.

Tentang Saya


Menulis bukan hanya menyusun rentetan barisan kalimat. Namun, lebih dari sekedar itu, tulisan yang yang dibuat dengan perasaan dan penuh kesungguhan akan dapat menggerakkan hati orang lain pula. Dari karya tulis dapat mengajak kesedihan, kejenuhan, suasana keramaian ataupun kesunyian yang mencekam. Tetapi merasakan kebahagian menjadi keindahan.

Sebiru bumantara
Tidak terlalu pekat
Tidak terlalu terang
Cukup meneduhkan

Biodata singkat ini untuk memperkenalkan diri saya Lusi Dan. Lahir dan tinggal di Kota Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara. Sangat menyukai bait-bait puisi. Bergabung di komunitas ODOP (One Day One Post). Beberapa kali memuat tulisan dalam bentuk opini dakwah di Media Oposisi. 

Dapat menghubungi saya melalui 
E-mail : lusidan@impactfulwriter.com
Akun sosial media Instagram : @lusii_dan (Lusi Dan)
No. Telepon 0823-0425-2465. 


Selasa, Desember 10, 2019

Mulai Dari Diri Sendiri

Photo by Danielle MacInnes on Unsplash

Saat masih muda banyak hal yang membuat rasa ingin tahu selalu berkobar di dalam dada. Penasaran akan mencari segala pengalaman baru, teman-teman baru, tempat yang baru, komunitas-komunitas sehobi dan sepemikiran. Jiwa muda adalah waktunya untuk mengeksplor dan mengembangkan seluruh bakat dan minat yang ada di dalam diri. Pengawasan oran tua tetap harus ada pastinya. Karena para remaja kerap kali selalu mencoba hal-hal yang memacu adrenalinnya tanpa memikirkan akibat dari perbuatan.

Kegiatan-kegiatan positif nan menyehatkan jiwa dan raga harus didukung. Selepas sekolah, h kuliah atau bekerja seringnya menghabiskan waktu dengan teman-teman seumuran. Misalnya pergi membaca buku di perpustakaan umum, membuat kerajinan tangan sederhana namun dapat bermanfaat, lalu membeli perlengkapan alat tulis sambil bercanda dengan teman-teman. Sangat menyenangkan. Hal yang wajar dilakukan saat usia remaja.

Namun, berbeda dengan Mimi. Seorang peran utama dalam cerita pendek yang ditulis oleh Dadang Ari Murtono dengan judul Mimi Dan Bayangannya. Sangat pemalu, lebih suka menyepi dikesendirian, merasa asyik dengan dunia miliknya sendiri. Usianya masih dua puluh dua tahun, masih sangat muda dan penuh semangat untuk mencoba banyak hal baru yang baik juga benar tentunya. Tetapi Mimi tidak memiliki stok kepercayaan diri yang cukup untuk menghadapi dunia luar.

Berdiam diri di kost menjadi hal ternyaman yang bisa ia lakukan. Ibunya selalu memberikan uang yang cukup untuk kebutuhannya sehari-hari. Untuk membeli makanan pun tidak perlu repot-repot pergi jauh, cukup menelepon layanan pesan antar makanan, maka sudah dapat tersedia jika perutnya mulai lapar. Rasa khawatir sering kali menghampiri sang ibu, bahkan selalu menasehati sambil berurai mata agar anaknya mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, bisa memiliki teman. Tidak akan kesepian.

Akan tetapi, Mimi juga sangat nyaman dengan pola hidupnya saat ini. Dengan kesendirian, sehari-hari ia hanya menghabiskan waktu bermain game, menggunakan akun palsu untuk menjelajah di media sosial. Sama sekali tidak memiliki rasa keberanian untuk menunjukkan jati dirinya. Ia merasa rendah diri dengan penampilan, khususnya di bagian wajah.

Selalu merasa kurang baik, bahkan tidak secantik ibunya. Karena Mimi banyak berdiam diri, maka latar tempat diceritakan banyak di dalam kost yang ditinggali oleh sang tokoh utama tersebut. Penjelasan yang cukup untuk menggambarkan kepribadian para pemeran yang ada di dalam cerita itu. Sang ibu yang sangat menyayangi anaknya, tanpa memikirkan keadaan fisik.

Apapun bentuk dan keadaan dari sang buah hati yang telah dilahirkan, hanya akan memberikan kebahagiaan pada seorang ibu. Pesan dari kasih sayang tanpa pamrih dapat diterima dengan jelas melalui cerita pendek ini. Dan tentu saja kepribadian Mimi yang tidak mempunyai kepercayaan diri. Lebih memilih untuk menyendiri.

Konflik sudah sangat terasa saat di permulaan cerita. Saat sang ibu menelepon dan memaksa menyuruh Mimi untuk keluar dari kamar kost, untuk memulai berteman dengan orang-orang. Dengan perasaan yang enggan ia coba untuk menuruti perintah ibunya. Bersiap-siap untuk berdandan, dan melihat tubuh kurusnya di depan cermin, dan wajah yang menurutnya tidak cantik.

Kejadian aneh pun terjadi, ia melihat bayangannya sendiri yang ada di cermin. Bergerak ke sana dan kemari. Mencoba mengambil pakaian di dalam lemari dan mengenakannya. Hal-hal ganjil pun terus berlanjut. Di cermin itu ia melihat keadaan di jalanan, yang berada di luar lingkungan kost tempat ia tinggal. Banyak kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan menimpa si bayangan itu. Alur tempat mulai berpindah ke luar kamar kost milik sang tokoh utama.

Tidak sampai satu jam, hal-hal buruk terjadi. Tubuh asli Mimi mematung menyaksikan seluruh peristiwa itu. Perasaan takut untuk keluar rumah kembali menghampirinya, ia tidak pernah berani menghadapi dunia. Dia bahkan belum mencoba untuk pergi dan mencoba berteman dengan orang-orang.

Cerita pendek ini sangat rinci dalam menjabarkan setiap alur yang mudah dipahami, melalui cerita dari Dadang Ari Murtono ini cukup mengisyaratkan kehidupan anak-anak remaja, yang suka merasa bahwa dirinya selalu memiliki kekurangan. Khususnya paras yang dirasa tidak sempurna, bahkan buruk pikirnya.

Di dunia ini memang tidak adil ada orang jahat atau berperilaku buruk. Namun, juga sangat banyak orang-orang baik yang bisa menerima keadaan kita, dan bersedia membantu tanpa pamrih. Maka ubahlah dulu pemikiran negatif menjadi positif, maka lingkungan sekitar pun akan berubah indah. Tidak seburuk yang dipikirkan. Apalagi saat usia masih muda, jangan disia-siakan. Lakukanlah hal-hal yang baik dan benar, membanggakan agama, orang tua dan juga agama.


Cita-Cita Sederhana

Photo by Miguel Bruna on Unsplash
Masa kini, wanita bisa mencapai apa saja yang ia inginkan. Selagi tekun, rajin belajar, terus berjuang, tidak pantang menyerah, juga tidak melanggar kodratnya sebagai perempuan. Menjadi astronot, ilmuwan, penulis, koki, pengusaha, dokter, tenaga pendidik dan lain-lain. Zaman akan mendukung, begitu juga dengan segala fasilitasnya.

Sangat berbanding terbalik saat masa-masa penjajahan. Negara Indonesia dulunya pernah dijajah oleh Belanda dengan waktu yang sangat lama yaitu tiga setengah abad. Lalu Inggris pun tidak mau kalah. Dan terakhir ialah Jepang, yang sangat terkenal dengan kerja paksanya. Pada saat itu rakyat miskin akan menjadi target yang sangat mudah terkena dampak. Terutama wanita, masa-masa penjajahan merupakan hal yang menakutkan.

Tidak seperti sekarang baik laki-laki atau perempuan bisa bersekolah dengan taraf yang sama. Dulu masa penjajahan wanita hanya diperbolehkan mengurus rumah. Pria yang berasal dari kalanga bangsawan atau memiliki harta berlimpah yang bisa mengenyam pendidikan di sekolah.

Seorang penulis Artie Ahmad bercerita tentang kejamnya penjajahan bangsa Nippon saat itu, terutama kepada wanita. Latar waktu sekitar akhir tahun 1943, saat itu Nippon atau negara Jepang masih menjajah wilayah Indonesia. Ada seorang gadis muda yang memiliki cita-cita sederhana namun, pada saat itu akan menjadi hal mewah dan keajaiban jika benar-benar dapat terwujud. Diusia yang masih sangat belia tokoh utama yang diceritakan bernama asli Sudjiati, nama yang diberikan oleh ibunya, ia ingin menjadi pemain sandiwara dan bersekolah.

Diceritakan melalui alur mundur, saat tokoh utama Sudjiati mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang merubah hidupnya dimasa depan. Sebuah keputusan yang sangat ia sesali karena sudah menjerumuskannya ke penderitaan yang tiada henti. Dan sebuah ajakan yang ternyata itu merupakan tipuan belaka. Atas dasar kepercayaan dari polosnya sikap yang ia miliki, menerima iming-iming tawaran yang menggiurkan.

Awalnya kehidupan yang ia miliki tenang dan tentram sebagai pembantu di sebuah rumah yang dihuni oleh keluarga kaya. Tanpa direncanakan jatuh cinta pada anak bungsu majikannya itu. Hal tersebut menjadi konflik pertama yang tokoh utama alami. Karena sudah jelas bahwa mereka tidak akan dapat berjodoh. Secara latar belakang kehidupan yang berbeda, mereka memiliki sebuah perasaan yang saling terpaut satu sama lain.

Membaca sebuah berita di koran membuat Sudjiati memiliki pikiran yang polos terhadap bangsa Nippon. Surat kabar yang pernah dibacakan oleh sang anak majikan, yang jatuh cinta kepadanya. Seluruh isi dari tulisan berita itu mengatakan hal-hal yang baik bagi penjajah yang telah datang ke Indonesia. Latar tempat yang diceritakan saat ini masih berada di desa tempat

Berawal dari permasalahan tersebut, muncullah sebuah gagasan yang merubah kehidupan Sudjiati secara drastis. Mulanya ia berniat menjauhi sang anak majikan, lalu ditipu oleh seorang kenalan yang membawanya ke sebuah tempat yang jauh, hal ini menjadi puncak konflik. Tadinya ia gadis polos nan lugu, berpikir bahwa akan menjadi pemain sandiwara bahkan dapat bersekolah tanpa biaya. Justru sang tokoh utama terpaksa melakukan hal-hal yang tidak ia inginkan sama sekali. Namanya pun berubah menjadi mirip nama orang-orang Jepang. Sesuai judul dari cerita pendek ini yaitu Namaku (Bukan) Tamae.

Dari kisah ini kita harus bersyukur dan ada hikmah yang dapat dipelajari, saat ini wanita bisa bersekolah dan belajar sesuai yang diinginkan. Akses untuk mendapatkan segala informasi sangat mudah. Dapat mengenal huruf dan membacanya, telah banyak media elektronik ataupun cetak, bisa mengetahui tentang dunia dalam dan luar negeri secara terperinci. Pada dasarnya kini, siapapun yang memiliki cita-cita bisa meraihnya, menjadi apa saja, diri sendirilah yang menentukan.

Rabu, November 20, 2019

Cagar Budaya, Kebanggan Kota dan Bangsa

Berkas:Welcome Gate to City of Kisaran.jpg
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Welcome_Gate_to_City_of_Kisaran.jpg

Tempat tinggal akan terus melekat sebagai jati diri dari seseorang. Sebagai kampung halaman, tempat untuk berpulang, mengenang segala peristiwa yang terus terngiang di dalam pikiran. Tidak ada tempat yang lebih nyaman daripada rumah sendiri. Walaupun merasa senang pergi merantau dan menetap di tempat yang jauh. Rasa rindu akan aroma lingkungan asal, akan tetap memanggil untuk kembali.

Awak (saya) akan bercerita tentang suatu kebudayaan, yang harus diketahui, dipahami, dan tentunya dirawat. Agar tetap lestari juga terjaga hingga ke ujung masa. Sebuah kota yang indentik dengan budaya melayunya. Pernah berdirinya sebuah kerajaan, bermula pada tahun 1630. Dipimpin oleh seseorang yang bergelar Sultan hingga generasi ke sebelas. Cukup lama untuk memimpin suatu wilayah yang berdekatan dengan pesisir pantai.

Banyak suku di kota ini, ada jawa, melayu, batak, dan lain-lain. Berbagai macam kebudayaan, Alhamdulillah saat ini dapat hidup berdampingan secara damai. Indonesia Raya, Bhinneka Tunggal Ika. Seperti yang ada di Kabupaten Asahan ini. Dengan ibu kotanya Kisaran. Ada beberapa peninggalan-peninggalan terdapat di tempat ini. Benda-benda dan bangunan bersejarah, sebagian dapat dirawat dengan baik, bahkan tetap digunakan hingga kini. Namun, yang lain banyak yang terbengkalai lalu lalai dari ingatan.

Terutama untuk generasi masa kini, tidak banyak yang mengetahui sejarah dan budaya. Kabupaten Asahan terdiri dari banyak kota. Salah satunya dan menjadi pusat pemerintahan ialah Kisaran. Saat ini sudah berkembang dengan pesat, banyak pusat-pusat perbelanjaan dan adanya kampus-kampus swasta untuk tempat belajar yang nyaman.

Namun, di sisi lain, perkembangan kota Kisaran mengakibatkan sedikit demi sedikit menipisnya pengetahuan mengenai sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya. Dengan kekhasan suku melayu sebagai peninggalan kerajaan terdahulu, tidak terlihat corak-corak adanya kehadiran kisah tersebut. Sehingga, anak-anak zaman sekarang tidak banyak yang mengetahui tentang asal-muasal pendahulunya.  

Selepas berdirinya sebuah kerajaan, pada 22 Desember 1865. Belanda datang dan mulai menguasai. Di pusat Kota Kisaran, tidak dapat dijumpai bangunan-bangunan atau cagar alam bekas peninggalan Kesultanan Asahan. Namun, hingga kini banyak toko-toko yang berjejer rapi yang dulunya sudah ada semenjak pemerintahan Kolonial.


http://kisaransumatrautara.blogspot.com/2012/11/sejarah-dan-peninggalan-kota-kisaran.html
Jejak-jejak peninggalan Kesultanan Asahan cagar budaya tidak dapat ditemui. Hanya tersisa dari bekas pemerintahan kolonial. Berupa bangunan rumah sakit dan pertokoan yang hingga kini masih digunakan.

Karena pada saat pemerintahan Belanda datang, mereka membuka lahan perkebunan. Untuk melengkapi infrastruktur tersebut, mereka membangun rumah-rumah untuk para pimpinan pekerja, dan rumah sakit.

Hingga kini, lahan perkebunan tersebut masih beroperasi. Karena walaupun Belanda sudah tidak memerintah lagi, kini telah dikelola oleh penduduk asli Indonesia. Oleh sebab itu, rumah sakit tersebut juga terus digunakan hingga kini. Bangunan-bangunan tersebut memiliki ciri khas dari arsitektur Belanda.

Namun, sangat disayangkan cagar budaya peninggalan dari Kesultanan Asahan sudah tidak dapat ditemui di Kota Kisaran. Ada beberapa meriam yang masih bisa dilihat, salah satunya berada di Kota Talawi, Kabupaten Batubara. Wilayah tersebut sudah berpisah dari Kabupaten Asahan. Kisah kerajaan yang dulu pernah berjaya berdiri, semoga bisa tetap dapat disampaikan kepada anak dan cucu dikemudian hari.

Meriam datuk simuangsa 2
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/wp-content/uploads/sites/27/2015/06/Meriam-datuk-simuangsa-2.png

Walaupun cagar budayanya sulit untuk ditemui, tetapi masih ada kisah yang bisa diceritakan. Itu tetaplah sejarah yang tidak boleh dilupakan. Dan peninggalan dari masa penjajahan Belanda, berupa bangunan-bangunan tua juga merupakan saksi bisu dari kisah masa lalu. Pemerintahan sebelum adanya kemerdekaan Indonesia. Selama tujuh puluh tujuh tahun menguasi Asahan, hingga akhirnya Jepang dating, dan merebut kekuasaan.

Bangunan-bangunan tua itu juga sebagai bukti, banyaknya kisah yang sudah terjadi. Perebutan kekuasaan penjajahan, perkembangan sebuah kota kecil. Hingga kini, sudah merdeka dan mengalami banyak kemajuan.

Bukan sekedar bangunan berlantai dua atau tiga. Namun, lebih dari itu. Perjuangan-perjuangan yang dilakukan untuk memerdekakan Indonesia, khususnya Kota Kisaran. Lepas dari genggaman penjajahan, agar generasi yang hidup di masa kini dan masa mendatang tidak perlu lagi hidup dalam tekanan. Bisa merdeka, hidup dengan layak dan tenang.

Perjalanan waktu yang telah dilalui menjadi pembelajaran, agar terus merawat cagar budaya yang berada di sekitar. Karena hal tersebut juga merupakan bagian dari kehidupan, dan jati diri. Mulai sekarang, para generasi masa kini, sudah saatnya untuk melestarikan kebudayaan yang dimiliki.



Jumat, November 15, 2019

Sebuah Tulisan Yang Menyentuh Hati

Photo by Lina Trochez on Unsplash

Kenyamanan merupakan hal sederhana, namun akan sulit didapat ketika situasi dan kondisi tidak mendukung atau bahkan mustahil untuk sekedar dipikir dengan logika. Semisal, dengan menegak secangkir air putih, disaat-saat tenggorokkan merasakan kehausan. Berteduh di bawah tempat yang rindang, untuk sejenak bersembunyi dari teriknya matahari. Bisa duduk bersantai di rumah beserta keluarga, pergi bersekolah dengan teman-teman seumuran, dan bisa bermain ketika sudah selesai mengerjakan tugas-tugas di rumah.

Kegiatan yang wajar untuk sehari-hari dikerjakan. Pemandangan yang sering terlihat dan umum untuk para masyarakat. Namun, setelah membaca sebuah cerpen yang ditulis oleh Mba Dyah Yuukita, perasaan sedih akan kisah yang ditulis langsung muncul. Dengan kalimat yang mudah dimengerti, para pembaca akan terbawa suasana dengan kegigihan dua orang bocah kecil dalam bertahan hidup, tanpa adanya orang tua.

Cerpen tersebut berjudul “Ikan Harapan”. Bercerita tentang seorang kakak yang berusia masih sangat muda tinggal berdua dengan adik kecilnya. Sepeninggalnya sang ibu, maka mereka harus bisa berjuang dikerasnya perlakuan orang-orang dewasa.

Pada awal kisah menceritakan bahwa, kedua kakak beradik ini suka menjajakan dagangan. Membawa kantong plastik, dan menawarkan isinya kepada orang-orang yang lewat. Berlatar belakang tempat di sebuah pinggiran anak tangga JPO. Membaca di paragraf ini sudah membuat hati bersedih. Mba Dyah turut menggambarkan suasana pada sore hari, dengan menuliskan kalimat yang menunjukkan kata-kata langit senja.

Seusia mereka seharusnya dapat bersekolah dan belajar dengan tenang. Namun, kakak beradik ini harus berjualan seharian, dan itupun tidak ada yang laku, pada hari itu. Menjajakan sekantong plastik yang berisi tisu-tisu.

Benda yang sering digunakan, juga sering boros pemakaiannya. Justru itu menjadi ladang rezeki bagi kakak beradik ini. Uang yang didapat bisa menjadi penghasilan mereka, digunakan untuk membeli makanan, juga diberikan kepada seorang preman yang selalu meminta dengan paksa hasil yang telah susah payah didapat.

Konflik pertama yang muncul dalam cerpen ini ialah, ketika mereka dihina oleh seorang pria kaya, pada saat sang adik ingin melihat ikan di sebuah rumah mewah. Latar tempat ini dijelaskan tempat tinggal yang luas, dan berpagar tinggi. Kemiskinan ini menjadi bahan celaan, bahkan sumpah serapah yang tidak berguna pun dikeluarkan, dan ditujukan kepada dua orang anak kecil itu.

Lalu, konflik kedua ketika mereka tidak berhasil menjual  dagangannya, hal itu mengharuskan mereka mendapatkan hukuman. Setoran rutin yang harus diberikan, dari hasil penjualan tisu-tisu itu. Saat sang kakak rela menggantikan adiknya untuk dipukul oleh Om gendut, sang preman tersebut. Telapak tangan mungil itu pun berubah membengkak.

Penjelasan latar waktu untuk kejadian ini, ialah menjelang malam dan pagi hari. Ketika mereka pulang setelah menjajakan dagangannya, dan saat sang kakak bangun ke esokan harinya, dan menyadari telapak tangan terasa perih dan bengkak.

Konflik ketiga dan terakhir, menjadi bagian yang sangat memilukan. Mereka berdua sampai harus meregang nyawa untuk hanya sebuah kebahagian kecil. Sang kakak sering menabung, sedikit demi sedikit. Ketika sudah dirasa cukup, ia ingin membelikan adiknya seekor ikan. Namun, hal itu menjadi petaka bagi mereka. Pria kaya yang sedari awal menghina mereka, kini menuduh dengan sembarangan. Bahwa dua bocah ini telah mencuri ikan miliknya.

Tidak cukup dengan memberikan fitnahan, pria kaya itu juga memukili mereka berdua hingga akhirnya tewas. Cerpen ini menceritakan kisah kesedihan. Dengan alur maju yang saling terhubung satu sama lain.

Penjelasan mengenai latar tempat dan waktu, benar-benar membuat membacanya sambil membayangkan setiap peristiwa yang dikisahkan. Dan hal ini membuat banyak hal yang bisa disyukuri. Beberapa orang terkadang melihat dan menganggap sesuatu sebagai hal yang kecil dan remeh. Namun, dilain pihak merupakan kegiatan mewah dan menyenangkan hati.

Oleh sebab itu, beryukurlah atas apa yang dimiliki saat ini. Tidak perlu mengeluh, semua sudah ada batas dan porsinya masing-masing. Terimakasih untuk tulisannya Mba Dyah. Nah, masih banyak kisah-kisah menarik lainnya. Langsung saja kepoin di www.ngodop.com, lalu klik menu lakon, ada cerpen-cerpen super keren di situ. Selamat membaca!

Rabu, November 06, 2019

Rumah Yang Hangat

Awalnya hanya tahu menulis. Tidak terarah juga menempatkan kata semaunya. Tanpa pernah berpikir, bahwa tulisan indah akan lebih menyenangkan dan sampai ke hati dengan baik. Penempatan kalimat yang tidak karuan, sangat acak-acakan. Ibarat sebuah rumah, perabotan yang ada di dalamnya diletakkan begitu saja.

Beberapa waktu lalu, mengenal sebuah komunitas. Selama dua bulan, banyak yang telah dipelajari. Salah satunya ialah genre dalam menulis. Tantangan demi tantangan dilakukan, mencoba segala macam tulisan. Selalu bertanya dalam diri, mampukah? Mengingat semua yang diberikan, baru pertama kali mengetahui. Dengan dukungan teman-teman se-tim, yang tiada henti menyemangati dan saling mengingatkan, Alhamdulillah, bisa terselesaikan.

Melalui tantangan-tantangan tersebut, ternyata menyadari bahwa diri ini sangat menyukai puisi. Nyaman dengan genre ini, bait-bait yang tersusun dapat menyampaikan sebuah pesan. Yang cukup rumit jika langsung disampaikan. Adanya diksi, rumah yang tadinya berantakan, mulai rapih tertata. Perkata dapat bermakna, tidak lagi tergeletak begitu saja.

Dan komunitas ini, seperti rumah untuk menetap. Bukan persinggahan apalagi hanya sekedar perjumpaan. One Day One Post, begitulah namanya, sebuah komitmen yang tertanam dalam diri. Agar konsisten dalam memilih jalur ini. Yaitu menjadi penulis yang baik dan benar, juga dapat bertahan dengan derasnya gelombang kemalasan. Yang siap menghampiri kapan saja dan dimanapun berada.

Seperti rumah, maka orang-orang yang terlibat di dalam komunitas ODOP ini, juga seperti sebuah keluarga. Saling bertegur sapa, walau hanya sebatas dunia maya. Namun, semoga kelak bisa berjumpa dan bercanda tawa bersama dengan nyata.

Tetapi, ilmu yang telah diraih benar adanya. Sangat memuaskan untuk orang seperti saya yang butuh banyak pelajaran. Semoga komunitas ODOP tetap berlangsung, menjadi sebuah rumah yang mencetak banyak penulis-penulis berbakat. Meramaikan dunia literasi di Indonesia. One Day One Post.

Minggu, November 03, 2019

Mengenal Seorang Penulis

Semakin dekat dengan ujung perjumpaan, tinggal beberapa jam lagi untuk saling bercengkrama di sebuah grup, yang berisikan penulis-penulis hebat. Berkarya melalui literasi, tulisan-tulisan yang menggugah hati. Membiasakan menulis, agar niat tetap stabil dan konsisten.

Salah satu penulis hebat itu adalah Nio Zaharani, wanita cantik nan solehah. Mengawali karyanya dalam literasi saat mendapatkan tugas menulis catatan harian, pada pelajaran bahasa Indonesia sewaktu sekolah menengah pertama dulu. 
Sesuatu dimulai dari hal kecil, namun, jika tekun dan selalu giat dalam mengerjakannya maka akan membuahkan hasil.


Tapi, mba Nio ini juga jago menggambar. Salah satu kegemarannya membuat komik. Tidak jauh-jauh dari literasi, seni yang juga selalu mendampingi. Mengembangkan bakat yang dimiliki, akan memberikan dampak positif. Mengeluarkan sisi terdalam dalam diri, ternyata menghasilkan hal-hal yang tidak pernah disangka.

Bermula dari membuat komik hingga kini aktif menulis. Lahir  pada 19 Oktober 1988, bertempat tinggal di Kota Nganjuk, Jawa Timur. Untuk genre tulisan, Mba Nio menyukai fiksi. Dengan cerita-cerita fantasi ataupun berbau misteri. Kisah-kisah seperti itu memang selalu menimbulkan rasa penasaran. 


Saat ini Mba Nio lagi berproses dalam penerbitan buku antologinya. Wah hebat, karya-karyanya semakin bisa dinikmati. Beberapa hal yang bisa dipelajari dari dirinya yaitu, mengembangkan bakat dan tidak pernah takut dalam mencoba segala hal. Dan itu terbukti, apapun yang diminati, jika selalu ditekuni dan dilakukan dengan giat maka akan mencetak hasil yang luar biasa. Untuk lebih dalam mengenal Mba Nio bisa kepoin situs blognya, https://galerinio.blogspot.com.

Semoga berakhirnya ODOP (One Day One Post) Batch 7 ini, semakin memupuk rasa cinta yang dalam terhadap dunia menulis. Dan menghasilkan semakin banyak penulis-penulis yang hebat. Sukses terus untuk Mba Nio, sukses dunia literasi, dan kita semua.

Sabtu, November 02, 2019

Keyboard Biru (Akhir)

Photo by Nhu Nguyen on Unsplash
(Akhir)

Menimbang-menimbang
Dalam hati yang bimbang
Sudah ada kehendak yang ditetapkan

Setelah beberapa hari, pikiran selalu berkutak dengan pilihan-pilahan. Rancu dengan hasrat yang singgah silih berganti. Sebentar-sebentar memilih yang itu, sebentar-sebentar  memilih yang ini. Beberapa waktu yang lalu, angan tidak menentu. Lalu mencoba untuk memilah, mana yang lebih dulu untuk dipenuhi.

Memilah mana yang memiliki kemanfaatan dalam waktu berkepanjangan. Tatanan keperluan bukan hanya untuk seorang, apalagi hanya sebenda. Rezeki yang diperoleh hari ini, harus digunakan dengan baik. Membuang jauh-jauh jeri yang setia singgah. Berupaya menghanyutkan asa dalam hasrat tak berarah.

Menyukai musik dan senatiasa ingin mendengarkannya. Maka, kedua benda itu bisa memenuhinya. Untuk belajar, membuat gambar, berpraktek sesuai kejuruan, hanya satu yang sesuai kriteria. Ketika dimasa depan ada sebuah hal yang tetap terpakai. Tidak lekang oleh waktu, setiap waktu juga dapat digunakan saat perlu ditemu.

Keefektifan dan efisiennya penggunaan, penting untuk diperhitungkan. Terkadang asa yang menggebu-gebu, hanya bertahan disaat-saat tertentu. Saat tidak sesuai harapan lagi, menyesal pun kemudian.

Pengar hati mulai terasa, maka untuk mengakhirinya. Menetapkan pilihan, yang sudah lama dinanti. Dengan penuh keyakinan dan kemantapan, memberitahukan kepada kedua orang tua, bahwa laptop adalah benda yang lebih perlu untuk dimiliki.

Handphone, hanya keinginan bukan kebutuhan. Yang suatu saat nanti bisa dipenuhi. Untuk saat ini, mensyukuri apa yang telah dimiliki. Bisa berkomunikasi, mendengarkan radio yang mengalunkan lagu-lagu dari band favorit sudah cukup menghilangkan kejenuhan. Jika ingin mendengarkan musik yang lebih banyak lagi, akan dilakukan melalui laptop.

Dan, Alhamdulillah. Keputusan itu, hingga kini tidak pernah disesali. Justru akan kecewa jika tidak memilihnya. Karena, benar adanya, dapat memberikan banyak manfaat. Dibeli sesuai warna kesukaan, biru, namun kini lebih gelap. Tidak tersedia yang lebih muda.

Dapat menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Mengulang pelajaran di rumah dengan lebih mudah. Huruf-huruf terketik dengan lancar. Bahkan sampai lulus sekolah, masih dapat digunakan. Saat kuliah, terutama ketika semester akhir. Menyelesaikan skripsi menjadi hal yang menentukan. Namun, adanya laptop tidak perlu lagi bimbang dan bersusah payah. Kapanpun dan dimanapun, bisa menyelesaikannya.

Tombol-tombol manis, yang tidak akan pernah berhenti untuk bertemu dengan ujung jari-jemari. Menghasilkan kata-kata yang berjejer memanjang, dan membentuuk tulisan bermakna. Huruf-hururf disusun dengan sedemikian rupa, agar tidak ada yang salah.

Tombol-tombol manis, melekat dan menyatu di mesin elektronik. Dengannya, menyelesaikan kalimat yang tak karuan, menjadi penyambung harapan.

Keyboard Biru (4)

Photo by Nhu Nguyen on Unsplash
(4)
Layarnya sebesar 14 inch, sangat luas untuk memandang. Tidak seperti handphone yang sangat kecil. Secara kegunaannya, laptop memiliki banyak hal yang bisa dimanfaatkan. Memasuki 2010 menggunakan komputer atau sejenisnya sudah banyak digandrungi. Untuk kebutuhan perkantoran ataupun pribadi. Processor Pentium dual core merupakan perangkat tercanggih pada saat itu.

Tugas merupakan amanah dari guru untuk dilakukan. Beresiko dihukum jika tidak selesai pada waktunya. Apalagi si Uci masuk ke dalam sekolah kejuruan, yang sudah pasti banyak melakukan kegiatan praktek mengenai bidang komputer.

Fasilitas di sekolah sangat memadai untuk proses belajar murid-murid. Tersedia laboratorium desain grafis, laboratorium jaringan, laboratorium untuk komputer dasar. Begitu juga dengan jurusan-jurusan lainnya. Masing-masing memiliki fasilitas yang lengkap sesuai bidangnya. Namun, yang menjadi kebingungan ialah, ingin memiliki laptop dan juga handphone sekaligus.

Pada saat itu, merasa keduanya merupakan kebutuhan yang perlu untuk dipenuhi. Pada saat, di sekolah, bisa memanfaatkan fasilitas yang ada, jika ada tugas selesai jam belajar, maka harus pergi ke warnet untuk menyelesaikannya. Biaya untuk ke warung internet memang cukup murah. Sesuai dengan uang saku anak-anak sekolah.

Dulu, pemakaian warnet selama satu jam, dikenai tarif Rp 3.000. Jika dua jam Rp 5.000, bisa mendapatkan diskon. Ketika selesai menyusun materi tugas, maka akan segera dicetak dan dibuat dalam bentuk kliping. Ada perasaan antusias, ketika membuat label nama. Menggunakan fasilitas Word Art pada aplikasi Microsoft Word, memilih bentuk-bentuk tulisan yang berwarna-warni, berbagai macam bentuk.

Agar label nama terlihat menarik. Biaya mencetak dokumen juga cukup murah. Dibedakan berdasarkan, isi setiap satu halaman. Jika terdapat gambar, maka harganya Rp 1.000, jika tidak ada maka Rp 500. Dan terkadang sering dibantu oleh penjaga warnet, jika ada kesulitan saat mencari materi. Atau bahkan jika koneksi internet sedikit terganggu.

Perbedaan harga terletak pada tinta yang digunakan. Untuk mencetak halaman yang terdapat gambar, maka menggunakan cartridge warna yang jika rusak akan memakan biaya yang mahal. Oleh sebab itu, ongkosnya tidak sama. Namun, letak warnet yang cukup jauh dari rumah, juga menjadi salah satu kendala saat ingin menyelesaikan tugas.

Kebingungan pun semakin menjadi-jadi. Antara laptop dan handphone hanya boleh memilih salah satu.

Ketika hati menginginkan ini
Namun juga menginginkan itu
Hanya boleh satu
Dua dan tiga tak ada
Bingung menetap dan selalu menghampiri

Kamis, Oktober 31, 2019

Keyboard Biru (3)

Photo by Nhu Nguyen on Unsplash
(3)
Karena belum lengkapnya fitur yang ditawarkan, oleh sebab itu, tebersit dalam hati ingin membeli handphone yang terbaru. Dengan ukuran yang lebih tipis, agar semakin mudah untuk dibawa kemanapun. Tetapi, mengingat kembali tentang dua pilihan yang diberikan oleh orang tua. Tidak sepatutnya untuk dibantah. Karena memang untuk kebaikan. Maka hanya boleh memilih salah satu dari hal tersebut.

Dan yang pilihan kedua, mengenai penggunaannya untuk kegiatan belajar. Setelah lulus dari sekolah menengah pertama, segera melanjutkan tingkatan yang berada lebih tinggi di atasnya. Kelas-kpelas dibedakan melalui beberapa jurusan. Seperti teknik komputer dan jaringan, teknik gambar bangunan, budidaya perikanan, mesin otomotif, mesin produksi dan teknik konstruksi kayu.

Sebuah sekolah negeri menengah kejuruan. Yang lebih banyak diminati oleh anak laki-laki. Dan Uci, memilih jurusan teknik komputer dan jaringan. Untuk di kelas ini lumayan banyak murid perempuan. Untuk menunjang kegiatan belajar, butuh laptop sebagai bahan praktek keseharian. Bahkan sewaktu baru memulai belajar, sudah dihadapkan dengan tugas-tugas.

Jika memiliki laptop, maka tidak perlu repot-repot pergi ke warung internet (warnet) untuk mengerjakan tugas, selalu diketik kemudian dicetak. Biasanya perlu waktu lama untuk menyelesaikannya, memilih dengan benar, materi-materi yang sesuai dengan persyaratan pengerjaan. Menyusun jarak spasi antar kalimat agar rapih terlihat. Lumayan menyita waktu proses penyelesaiannya.

Tidak lupa untuk melengkapi dengan gambar-gambar, agar semakin jelas dengan materi yang dikerjakan. Dan ke depannya juga akan semakin banyak tugas-tugas  yang lain. Oleh sebab itu, perlu adanya laptop. Dan saat itu, Alhamdulillah sedang ada rezeki cukup untuk membeli keperluan. Namun, hanya boleh memilih satu, diantara dua pilihan itu.

Fitur yang dimiliki laptop, jauh lebih lengkap dari handphone. Bisa memutar musik, menggambar desain-desain animasi, berkirim pesan juga bisa (e-mail), ada kamera yang bisa berfoto dan merekam video. Tersedia CD-ROM untuk memainkan film kesukaan, melalui file yang tersimpan dalam disc tersebut.

Bersambung........