Photo by Jon Tyson on Unsplash |
Kerap
kali orang-orang menyesal dengan yang terjadi saat ini. Bahkan sebenarnya, hal
itu bisa terjadi karena keputusan yang diambil pada masa lalu. Sebab dan
akibat. Semuanya saling terhubung, menyatu dan melekat.
Tidak
dipisah, bahkan tak kuasa untuk memisah. Maka, tak perlu disesali yang sudah
terjadi. Ambil hikmahnya, petik pelajarannya. Ada pengalaman yang dapat
dijadikan pedoman untuk melangkah ke depan. Semua hal sudah menjadi kuasa-Nya, menerima
takdir dengan lapang hati. Namun, bukan berarti sedari awal berpasrah diri.
Ingat, selalu ada pilihan. Ingin menjejakkan kaki yang mana terlebih dahulu,
kanan atau kiri. Maju ke depan atau mundur ke belakang. Bahkan, jika hanya mau
diam di tempat.
Pilih-pilih
dalam kehidupan. Memilah, mana yang akan dikerjakan dan mana yang harus
ditinggalkan. Jika tersakiti, pilihan terbaik ialah tidak meneruskan perbuatan
itu. Dengan tidak turut menyakiti kembali. Kendalikan diri, agar tidak terjebak
dalam hal-hal yang merugi. Apalagi sampai menyimpan dendam hingga menyesakkan.
Pikiran
kusut akan selalu menjelma, dan datang menyulitkan. Mengganggu hari yang menyenangkan, cuaca cerah
akan teras kelabu. Tertekuk tungkuk, wajah mengkerut, menghela nafas sepanjang
waktu. Pilihlah untuk segera meninggalkan hal itu.
Tergores
hati dengan banyak tingkah yang menyebalkan. Sulit menahan diri dari rasa
membenci. Atau sedih yang berkepanjangan. Selalu dirundung tangisan, kecewa
yang tak pernah padam. Walau seiring waktu berlalu, tak kunjung lepas, terus
membekas.Memaku ke dalam sukma terdalam. Perih yang tak tertahankan.
Fitrahnya
manusia untuk merasakan. Namun, kembali lagi pada pilihan. Memaafkan atau
menghimpun amarah hingga sedalam lautan. Itulah hati, setipis kaca, seluas
jagat raya, atau sekeras besi yang tak bisa dibengkokkan.
Ingin
terus terperangkap dalam pikiran yang menyiksa, atau segera melupakan. Walaupun
sulit, tapi pasti bisa untuk dilakukan. Nikmati setiap proses yang dijalani.
Dalam proses memaafkan itu, akan banyak hal-hal baru yang akan ditemu. Jika
terjatuh bangkit kembali, langkah kaki tertatih lebih baik daripada terhenti.
Jika
diri yang menyakiti hati lain. Pintalah maaf. Secara sadar atau tidak. Sengaja
atau tidak. Terlihat luka sudah menganga. Pedih yang tak terkira. Obati dengan
penyesalan, balut dengan tindakan yang menyenangkan. Segala perbuatan akan
berdampak pada diri sendiri dan orang lain. Bijak dalam bertindak maupun
berkata.
Tinggal
di bumi ini tidak hanya diri seorang. Banyak manusia dan makhluk hidup lain, beratapkan
langit yang sama, berpijak di tanah yang sama.Tersadar akan sebuah pilihan, lebih
baik memilih untuk memberi kebahagiaan. Menebarkan kebaikan jauh lebih indah
untuk dilakukan. Meminta maaf suatu wujud bentuk kesadaran, bahwa sudah
melakukan kesalahan.
Tetap
ada sebuah pilihan dalam genggaman. Jika tersakitilebih baik memilih untuk
tidak lanjut menyakiti. Dan yang lebih dahulu menyakiti, pilih untuk berhenti. Tidak
ada manfaatnya jika terus mengulang hal yang sama.
Dalam
hidup ada dua pilihan. Memilih menjadi orang baik, atau menjadi lebih baik. Dua
puluh empat jam sehari, mari selalu diisi dengan kesabaran dan keikhlasan.
Berusahalah untuk memaafkan yang menyakitkan, hentikan tindakan yang merugikan.
Nikmati setiap proses yang terjadi, mudah atau pun sulit. Itulah hidup, tersedia
beribu-ribu pilihan. Pilihlah jalan yang dapat mengantarkan kebahagiaan dunia
dan akhirat.
0 komentar: