Minggu, Desember 22, 2019

Membeku Dengan Waktu

Photo by Quino Al on Unsplash
Rinduku kian menggunung
Membawa setumpuk gelisah di dada
Menyentuh sukma hati terdalam
Hingga memaksa keluar tetesan tangisan

Mencari-cari di setiap sudut rumah
Aroma tubuh
Repetan setiap waktu

Terlalu banyak penyesalan
Terlalu banyak yang belum diberikan

Sudah sekian tahun
Berlalu dengan angkuh
Sedetik pun enggan kembali
Berjalan dengan keacuhan

Saat itu
Hanya ingin melihat masa itu
Waktu urung terbuka
Kerinduan justru semakin menyiksa asa

Lekat-lekat mengingat
Raut wajah keiput
Menghalang waktu yang terus melaju

Benang rindu ini
Akan selalu tertenun
Cinta tidak akan pernah padam
Hangat bermakna
Walaupun ia sudah tiada

Toko Buku


Istilah yang sangat umum dan sering didengar, bahwa buku ialah jendela dunia. Dengan membaca banyak ilmu yang didapat. Bagi sebagian orang, memang terasa berat, bahkan katanya seperti dihipnotis. Baru membuka beberapa halaman rasa kantuk langsung melekat.

Membaca beberapa baris, rasa jenuh pun menghampiri dan ingin segera bergegas menutup buku. Kegiatan membaca buku memang masih jarang dilakukan, sepinya perpustakaan menandakan kurangnya minat baca, khususnya para anak-anak muda. Cafe dan restoran menjadi tempat favorit untuk menghabiskan waktu luang.

Padahal ada banyak manfaat yang dapat diperoleh jika membaca buku. Selain menghilangkan rasa bosan, karena banyak waktu senggang. Berikut beberapa hal yang bisa dijadikan acuan agar semangat untuk membaca buku :

1. Membuat awet muda

Jika sering membaca buku maka, pikiran akan terus fokus. Otak akan tetap bekerja, sehingga menghambat penuaan berupa pikun. Membaca hal-hal positif akan meningkatkan kinerja otak menjadi semakin baik.

2. Meningkatkan Daya Analisa

Informasi yang diterima, baik itu dalam bentuk cerita dongeng, artikel dan lain-lain. Akan membuat kita berfikir tentang alur dari bacaan tersebut. Hal itu yang membuat daya analisa akan berkembang.

3. Menambah Kosakata

Bagi seorang penulis, membaca merupakan media pembelajaran yang sangat ampuh. Referensi dari bacaan sehari-hari akan menambah perbendaharaan kata untuk membuat sebuah tulisan. Selain itu juga dapat menambah ilmu teknik-teknik dalam menulis. Karena setiap orang memiliki gaya kepenulisan yang berbeda. 

Dan masih banyak manfaat yang lain. Untuk menumbuhkan minat membaca juga tidak sulit. Mulai dari hal-hal yang disukai. Awali dengan bacaan yang ringan-ringan, jika menyukai olahraga, bisa mencari buku yang sesuai bidang tersebut. Tidak perlu langsung membaca topik yang sulit, justru hal itu yang akan menumbuhkan perasaan malas dan mudah jenuh.

Mencari buku-buku yang diminati sekarang tidak sulit. Tidak perlu pergi jauh keluar rumah, cukup dengan smartphone dimiliki bisa memilih sesuka hati. Kini Kudan.co, menyediakan berbagai jenis buku. Mulai dari novel, pengetahuan umum, agama, kisah-kisah inspiratif, daln lain lain.

Cara pemesenannya sangat mudah. Cukup kunjungi media sosial Instagram : @kudan.co. Melalui akun tersebut tersedia berbagai buku yang dibutuhkan, dijelaskan secara detail, berupa penulis, penerbit, jumlah halaman, jenis cover yang digunakan. Hingga dapat mengetahui spesifikasi buku yang ingin dibeli.  


Jika tidak mendapatkan buku yang diinginkan jangan bersedih, segera hubungi penjual  Lusi Dan (saya) melalui aplikasi WhatsApp ke nomor 0823-0425-2465. Tidak perlu khawatir dengan harga, sudah pasti terjangkau, kualitas yang diberikan juga tidak akan mengecewakan. Semua buku yang dijual masih baru dan original.


Bahkan ada paket super murah. Bagi pecinta buku dan yang hobi membaca buku, bisa menghemat uang dengan membeli paket ini. Hasil karya dari para penulis hebat, hanya dengan  Rp 135.000 sudah bisa mendapatkan lima buku sekaligus. Masih banyak paket murah lainnya. Mulailah membaca buku dan segera beli di Kudan.co.

Tentang Saya


Menulis bukan hanya menyusun rentetan barisan kalimat. Namun, lebih dari sekedar itu, tulisan yang yang dibuat dengan perasaan dan penuh kesungguhan akan dapat menggerakkan hati orang lain pula. Dari karya tulis dapat mengajak kesedihan, kejenuhan, suasana keramaian ataupun kesunyian yang mencekam. Tetapi merasakan kebahagian menjadi keindahan.

Sebiru bumantara
Tidak terlalu pekat
Tidak terlalu terang
Cukup meneduhkan

Biodata singkat ini untuk memperkenalkan diri saya Lusi Dan. Lahir dan tinggal di Kota Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara. Sangat menyukai bait-bait puisi. Bergabung di komunitas ODOP (One Day One Post). Beberapa kali memuat tulisan dalam bentuk opini dakwah di Media Oposisi. 

Dapat menghubungi saya melalui 
E-mail : lusidan@impactfulwriter.com
Akun sosial media Instagram : @lusii_dan (Lusi Dan)
No. Telepon 0823-0425-2465. 


Selasa, Desember 10, 2019

Mulai Dari Diri Sendiri

Photo by Danielle MacInnes on Unsplash

Saat masih muda banyak hal yang membuat rasa ingin tahu selalu berkobar di dalam dada. Penasaran akan mencari segala pengalaman baru, teman-teman baru, tempat yang baru, komunitas-komunitas sehobi dan sepemikiran. Jiwa muda adalah waktunya untuk mengeksplor dan mengembangkan seluruh bakat dan minat yang ada di dalam diri. Pengawasan oran tua tetap harus ada pastinya. Karena para remaja kerap kali selalu mencoba hal-hal yang memacu adrenalinnya tanpa memikirkan akibat dari perbuatan.

Kegiatan-kegiatan positif nan menyehatkan jiwa dan raga harus didukung. Selepas sekolah, h kuliah atau bekerja seringnya menghabiskan waktu dengan teman-teman seumuran. Misalnya pergi membaca buku di perpustakaan umum, membuat kerajinan tangan sederhana namun dapat bermanfaat, lalu membeli perlengkapan alat tulis sambil bercanda dengan teman-teman. Sangat menyenangkan. Hal yang wajar dilakukan saat usia remaja.

Namun, berbeda dengan Mimi. Seorang peran utama dalam cerita pendek yang ditulis oleh Dadang Ari Murtono dengan judul Mimi Dan Bayangannya. Sangat pemalu, lebih suka menyepi dikesendirian, merasa asyik dengan dunia miliknya sendiri. Usianya masih dua puluh dua tahun, masih sangat muda dan penuh semangat untuk mencoba banyak hal baru yang baik juga benar tentunya. Tetapi Mimi tidak memiliki stok kepercayaan diri yang cukup untuk menghadapi dunia luar.

Berdiam diri di kost menjadi hal ternyaman yang bisa ia lakukan. Ibunya selalu memberikan uang yang cukup untuk kebutuhannya sehari-hari. Untuk membeli makanan pun tidak perlu repot-repot pergi jauh, cukup menelepon layanan pesan antar makanan, maka sudah dapat tersedia jika perutnya mulai lapar. Rasa khawatir sering kali menghampiri sang ibu, bahkan selalu menasehati sambil berurai mata agar anaknya mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, bisa memiliki teman. Tidak akan kesepian.

Akan tetapi, Mimi juga sangat nyaman dengan pola hidupnya saat ini. Dengan kesendirian, sehari-hari ia hanya menghabiskan waktu bermain game, menggunakan akun palsu untuk menjelajah di media sosial. Sama sekali tidak memiliki rasa keberanian untuk menunjukkan jati dirinya. Ia merasa rendah diri dengan penampilan, khususnya di bagian wajah.

Selalu merasa kurang baik, bahkan tidak secantik ibunya. Karena Mimi banyak berdiam diri, maka latar tempat diceritakan banyak di dalam kost yang ditinggali oleh sang tokoh utama tersebut. Penjelasan yang cukup untuk menggambarkan kepribadian para pemeran yang ada di dalam cerita itu. Sang ibu yang sangat menyayangi anaknya, tanpa memikirkan keadaan fisik.

Apapun bentuk dan keadaan dari sang buah hati yang telah dilahirkan, hanya akan memberikan kebahagiaan pada seorang ibu. Pesan dari kasih sayang tanpa pamrih dapat diterima dengan jelas melalui cerita pendek ini. Dan tentu saja kepribadian Mimi yang tidak mempunyai kepercayaan diri. Lebih memilih untuk menyendiri.

Konflik sudah sangat terasa saat di permulaan cerita. Saat sang ibu menelepon dan memaksa menyuruh Mimi untuk keluar dari kamar kost, untuk memulai berteman dengan orang-orang. Dengan perasaan yang enggan ia coba untuk menuruti perintah ibunya. Bersiap-siap untuk berdandan, dan melihat tubuh kurusnya di depan cermin, dan wajah yang menurutnya tidak cantik.

Kejadian aneh pun terjadi, ia melihat bayangannya sendiri yang ada di cermin. Bergerak ke sana dan kemari. Mencoba mengambil pakaian di dalam lemari dan mengenakannya. Hal-hal ganjil pun terus berlanjut. Di cermin itu ia melihat keadaan di jalanan, yang berada di luar lingkungan kost tempat ia tinggal. Banyak kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan menimpa si bayangan itu. Alur tempat mulai berpindah ke luar kamar kost milik sang tokoh utama.

Tidak sampai satu jam, hal-hal buruk terjadi. Tubuh asli Mimi mematung menyaksikan seluruh peristiwa itu. Perasaan takut untuk keluar rumah kembali menghampirinya, ia tidak pernah berani menghadapi dunia. Dia bahkan belum mencoba untuk pergi dan mencoba berteman dengan orang-orang.

Cerita pendek ini sangat rinci dalam menjabarkan setiap alur yang mudah dipahami, melalui cerita dari Dadang Ari Murtono ini cukup mengisyaratkan kehidupan anak-anak remaja, yang suka merasa bahwa dirinya selalu memiliki kekurangan. Khususnya paras yang dirasa tidak sempurna, bahkan buruk pikirnya.

Di dunia ini memang tidak adil ada orang jahat atau berperilaku buruk. Namun, juga sangat banyak orang-orang baik yang bisa menerima keadaan kita, dan bersedia membantu tanpa pamrih. Maka ubahlah dulu pemikiran negatif menjadi positif, maka lingkungan sekitar pun akan berubah indah. Tidak seburuk yang dipikirkan. Apalagi saat usia masih muda, jangan disia-siakan. Lakukanlah hal-hal yang baik dan benar, membanggakan agama, orang tua dan juga agama.


Cita-Cita Sederhana

Photo by Miguel Bruna on Unsplash
Masa kini, wanita bisa mencapai apa saja yang ia inginkan. Selagi tekun, rajin belajar, terus berjuang, tidak pantang menyerah, juga tidak melanggar kodratnya sebagai perempuan. Menjadi astronot, ilmuwan, penulis, koki, pengusaha, dokter, tenaga pendidik dan lain-lain. Zaman akan mendukung, begitu juga dengan segala fasilitasnya.

Sangat berbanding terbalik saat masa-masa penjajahan. Negara Indonesia dulunya pernah dijajah oleh Belanda dengan waktu yang sangat lama yaitu tiga setengah abad. Lalu Inggris pun tidak mau kalah. Dan terakhir ialah Jepang, yang sangat terkenal dengan kerja paksanya. Pada saat itu rakyat miskin akan menjadi target yang sangat mudah terkena dampak. Terutama wanita, masa-masa penjajahan merupakan hal yang menakutkan.

Tidak seperti sekarang baik laki-laki atau perempuan bisa bersekolah dengan taraf yang sama. Dulu masa penjajahan wanita hanya diperbolehkan mengurus rumah. Pria yang berasal dari kalanga bangsawan atau memiliki harta berlimpah yang bisa mengenyam pendidikan di sekolah.

Seorang penulis Artie Ahmad bercerita tentang kejamnya penjajahan bangsa Nippon saat itu, terutama kepada wanita. Latar waktu sekitar akhir tahun 1943, saat itu Nippon atau negara Jepang masih menjajah wilayah Indonesia. Ada seorang gadis muda yang memiliki cita-cita sederhana namun, pada saat itu akan menjadi hal mewah dan keajaiban jika benar-benar dapat terwujud. Diusia yang masih sangat belia tokoh utama yang diceritakan bernama asli Sudjiati, nama yang diberikan oleh ibunya, ia ingin menjadi pemain sandiwara dan bersekolah.

Diceritakan melalui alur mundur, saat tokoh utama Sudjiati mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang merubah hidupnya dimasa depan. Sebuah keputusan yang sangat ia sesali karena sudah menjerumuskannya ke penderitaan yang tiada henti. Dan sebuah ajakan yang ternyata itu merupakan tipuan belaka. Atas dasar kepercayaan dari polosnya sikap yang ia miliki, menerima iming-iming tawaran yang menggiurkan.

Awalnya kehidupan yang ia miliki tenang dan tentram sebagai pembantu di sebuah rumah yang dihuni oleh keluarga kaya. Tanpa direncanakan jatuh cinta pada anak bungsu majikannya itu. Hal tersebut menjadi konflik pertama yang tokoh utama alami. Karena sudah jelas bahwa mereka tidak akan dapat berjodoh. Secara latar belakang kehidupan yang berbeda, mereka memiliki sebuah perasaan yang saling terpaut satu sama lain.

Membaca sebuah berita di koran membuat Sudjiati memiliki pikiran yang polos terhadap bangsa Nippon. Surat kabar yang pernah dibacakan oleh sang anak majikan, yang jatuh cinta kepadanya. Seluruh isi dari tulisan berita itu mengatakan hal-hal yang baik bagi penjajah yang telah datang ke Indonesia. Latar tempat yang diceritakan saat ini masih berada di desa tempat

Berawal dari permasalahan tersebut, muncullah sebuah gagasan yang merubah kehidupan Sudjiati secara drastis. Mulanya ia berniat menjauhi sang anak majikan, lalu ditipu oleh seorang kenalan yang membawanya ke sebuah tempat yang jauh, hal ini menjadi puncak konflik. Tadinya ia gadis polos nan lugu, berpikir bahwa akan menjadi pemain sandiwara bahkan dapat bersekolah tanpa biaya. Justru sang tokoh utama terpaksa melakukan hal-hal yang tidak ia inginkan sama sekali. Namanya pun berubah menjadi mirip nama orang-orang Jepang. Sesuai judul dari cerita pendek ini yaitu Namaku (Bukan) Tamae.

Dari kisah ini kita harus bersyukur dan ada hikmah yang dapat dipelajari, saat ini wanita bisa bersekolah dan belajar sesuai yang diinginkan. Akses untuk mendapatkan segala informasi sangat mudah. Dapat mengenal huruf dan membacanya, telah banyak media elektronik ataupun cetak, bisa mengetahui tentang dunia dalam dan luar negeri secara terperinci. Pada dasarnya kini, siapapun yang memiliki cita-cita bisa meraihnya, menjadi apa saja, diri sendirilah yang menentukan.