Saat masih
muda banyak hal yang membuat rasa ingin tahu selalu berkobar di dalam dada.
Penasaran akan mencari segala pengalaman baru, teman-teman baru, tempat yang
baru, komunitas-komunitas sehobi dan sepemikiran. Jiwa muda adalah waktunya
untuk mengeksplor dan mengembangkan seluruh bakat dan minat yang ada di dalam
diri. Pengawasan oran tua tetap harus ada pastinya. Karena para remaja kerap
kali selalu mencoba hal-hal yang memacu adrenalinnya tanpa memikirkan akibat
dari perbuatan.
Kegiatan-kegiatan
positif nan menyehatkan jiwa dan raga harus didukung. Selepas sekolah, h kuliah
atau bekerja seringnya menghabiskan waktu dengan teman-teman seumuran. Misalnya
pergi membaca buku di perpustakaan umum, membuat kerajinan tangan sederhana
namun dapat bermanfaat, lalu membeli perlengkapan alat tulis sambil bercanda
dengan teman-teman. Sangat menyenangkan. Hal yang wajar dilakukan saat usia
remaja.
Namun,
berbeda dengan Mimi. Seorang peran utama dalam cerita pendek yang ditulis oleh
Dadang Ari Murtono dengan judul Mimi Dan Bayangannya. Sangat pemalu, lebih suka
menyepi dikesendirian, merasa asyik dengan dunia miliknya sendiri. Usianya
masih dua puluh dua tahun, masih sangat muda dan penuh semangat untuk mencoba
banyak hal baru yang baik juga benar tentunya. Tetapi Mimi tidak memiliki stok
kepercayaan diri yang cukup untuk menghadapi dunia luar.
Berdiam
diri di kost menjadi hal ternyaman yang bisa ia lakukan. Ibunya selalu
memberikan uang yang cukup untuk kebutuhannya sehari-hari. Untuk membeli
makanan pun tidak perlu repot-repot pergi jauh, cukup menelepon layanan pesan
antar makanan, maka sudah dapat tersedia jika perutnya mulai lapar. Rasa
khawatir sering kali menghampiri sang ibu, bahkan selalu menasehati sambil
berurai mata agar anaknya mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, bisa
memiliki teman. Tidak akan kesepian.
Akan
tetapi, Mimi juga sangat nyaman dengan pola hidupnya saat ini. Dengan
kesendirian, sehari-hari ia hanya menghabiskan waktu bermain game,
menggunakan akun palsu untuk menjelajah di media sosial. Sama sekali tidak
memiliki rasa keberanian untuk menunjukkan jati dirinya. Ia merasa rendah diri
dengan penampilan, khususnya di bagian wajah.
Selalu
merasa kurang baik, bahkan tidak secantik ibunya. Karena Mimi banyak berdiam
diri, maka latar tempat diceritakan banyak di dalam kost yang ditinggali oleh
sang tokoh utama tersebut. Penjelasan yang cukup untuk menggambarkan
kepribadian para pemeran yang ada di dalam cerita itu. Sang ibu yang sangat
menyayangi anaknya, tanpa memikirkan keadaan fisik.
Apapun
bentuk dan keadaan dari sang buah hati yang telah dilahirkan, hanya akan
memberikan kebahagiaan pada seorang ibu. Pesan dari kasih sayang tanpa pamrih
dapat diterima dengan jelas melalui cerita pendek ini. Dan tentu saja
kepribadian Mimi yang tidak mempunyai kepercayaan diri. Lebih memilih untuk
menyendiri.
Konflik
sudah sangat terasa saat di permulaan cerita. Saat sang ibu menelepon dan
memaksa menyuruh Mimi untuk keluar dari kamar kost, untuk memulai berteman
dengan orang-orang. Dengan perasaan yang enggan ia coba untuk menuruti perintah
ibunya. Bersiap-siap untuk berdandan, dan melihat tubuh kurusnya di depan
cermin, dan wajah yang menurutnya tidak cantik.
Kejadian
aneh pun terjadi, ia melihat bayangannya sendiri yang ada di cermin. Bergerak
ke sana dan kemari. Mencoba mengambil pakaian di dalam lemari dan
mengenakannya. Hal-hal ganjil pun terus berlanjut. Di cermin itu ia melihat
keadaan di jalanan, yang berada di luar lingkungan kost tempat ia tinggal.
Banyak kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan menimpa si bayangan itu. Alur
tempat mulai berpindah ke luar kamar kost milik sang tokoh utama.
Tidak
sampai satu jam, hal-hal buruk terjadi. Tubuh asli Mimi mematung menyaksikan
seluruh peristiwa itu. Perasaan takut untuk keluar rumah kembali
menghampirinya, ia tidak pernah berani menghadapi dunia. Dia bahkan belum
mencoba untuk pergi dan mencoba berteman dengan orang-orang.
Cerita
pendek ini sangat rinci dalam menjabarkan setiap alur yang mudah dipahami,
melalui cerita dari Dadang Ari Murtono ini cukup mengisyaratkan kehidupan
anak-anak remaja, yang suka merasa bahwa dirinya selalu memiliki kekurangan.
Khususnya paras yang dirasa tidak sempurna, bahkan buruk pikirnya.
Di dunia
ini memang tidak adil ada orang jahat atau berperilaku buruk. Namun, juga
sangat banyak orang-orang baik yang bisa menerima keadaan kita, dan bersedia
membantu tanpa pamrih. Maka ubahlah dulu pemikiran negatif menjadi positif,
maka lingkungan sekitar pun akan berubah indah. Tidak seburuk yang dipikirkan.
Apalagi saat usia masih muda, jangan disia-siakan. Lakukanlah hal-hal yang baik
dan benar, membanggakan agama, orang tua dan juga agama.