Jumat, Oktober 25, 2019

Filosofi Pohon

Photo by Paweł Czerwiński on Unsplash
Sebuah tanaman umbi-umbian, hidup dan berkembang di dalam tanah. Tanpa pernah meminta berganti posisi dengan daun, yang tinggal di atasnya. Tumbuh subur dalam kumpulan lahan bergembur. Rumput-rumput liar bukanlah benalu, justru menjadi teman bercengkrama di sepetak tanah berbedeng. 

Hujan dan pupuk turut serta tumbuh kembangnya. Banyak yang bilang,tak sulit menanam dan merawatnya hanya butuh perhatian secukupnya. Seiring pergantian hari, tunas memanjang ke atas. Batang beruas dan daun menjari. Jika sudah masanya, siap untuk memanen. Tanah yang selama ini menjadi tempat pendiaman, terpisah dengan tanaman yang dulu tumbuh menyatu.

Akar bertumbuh menjadi umbi unggul. Mulai dari atas hingga ke bawah, semua bisa dimanfaatkan. Daunnya bisa menjadi berbagai macam bentuk makanan. Digulai, ditumis, atau diolah sederhana menjadi lalapan. Batang tak akan dibuang percuma, dapat ditanam kembali dan menjadi tunas baru. 

Umbi yang tumbuh di dalam tanah, juga memiliki segudang manfaat. Kaya akan karbohidrat, dapat dijadikan santapan. Sederhana dengan hanya cara direbus, tanpa dicampur dengan berbagai macam bumbu. Namun sedap untuk dinikmati. 


Singkong namanya, pohon yang tumbuh dengan kesederhanaan. Tak perlu kemewahan dalam fisiknya, tak perlu banyak perawatan dalam pertumbuhannya. Justru kemandirian yang selalu ditunjukkan. Namun, memberi berbagai kemanfaatan.
Sebelumnya
Selanjutnya

1 komentar:

  1. selanjutnya muncul sebutan Anak Singkong untuk mereka orang-orang mandiri penebar manfaat. salah satunya Chairul Tanjung, dan pernah dibuatkan buku otobiografinya. hehe

    BalasHapus