Rabu, September 11, 2019

Monitor Coklat(3)

Photo by 阿江 on Unsplash
(3)
Awan sudah mulai terlihat senja dengan warna oranye keemasan dan desiran angin malam mulai terasa. Sudah sore rupanya jalanan pun sudah terlihat sepi tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang. Orang-orang sudah mulai kembali ke rumah sedari tadi ingin istirahat melepas penat selepas bekerja, berdagang, sekolah dan lain-lain.

Sedangkan Uci, ia masih duduk di halaman sekolah dengan beberapa teman sambil menunggu  dijemput oleh ibunya. Tidak banyak, hanya siswa dan siswi yang masih berada di sekolah karena mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, termasuk Uci. Iya, si bungsu kini telah berhasil masuk sekolah yang diinginkannya juga jurusan yang sangat diidamkannya. Setelah berhasil lulus mengikuti berbagai tes ujian untuk masuk sekolah tersebut, ia sangat senang.

Menjadi anak SMK. Tubuhnya semakin tinggi namun karena mengikuti kegiatan ektrakurikuler yang menyita banyak waktu dan tenaga, membuat kulitnya semakin menghitam, dan kurus. Remaja yang menjelang dewasa. Ia hanya fokus dengan kegiatan-kegiatan di sekolah selepas jam belajar.

Bagaimana dengan cita-citanya? Si bungsu mulai lupa. Terlalaikan dengan aktivitasnya yang kian padat. Bahkan mendekati perlombaan-perlombaan seni musik yang ia ikuti sudah sangat menyita waktu, disela-sela jam belajar sedang berlangsung pun ia akan izin keluar kelas untuk berlatih dengan teman-teman kelompok musiknya. Setibanya di ruang musik teman-teman kelompoknya yang berasal dari kelas dan jurusan lain sudah menunggu. Sambil menunggu pelatih musik datang ia kerap membuat puisi sambil mendengarkan lagu-lagu. Perlombaan yang ikuti mewakili nama sekolah oleh sebab itu guru-guru mengizinkan jika ingin keluar kelas.

Tas ransel hitam yang berisikan banyak barang bawaan, seragam praktek kejuruan, buku-buku belajar yang tak pernah dibuka apalagi dipelajari, pakaian ganti untuk latihan musik. Selalu pulang sore hari. Kedua orang tua pun mulai mengeluh. Bukan karena tidak mengizinkan mengikuti kegiatan, namun karena si bungsu sudah semakin tak mau belajar.

Sungguh miris keadaannya kini, bercita-cita menjadi "orang komputer". Tetapi, dengan niat belajar yang kian menurun tidak ada yang bisa diharapkan. Bisa naik kelas saja sudah sangat bersyukur, setiap pembagian raport orang tuanya akan mengelus dada melihat nilai yang pas-pasan itu pun karena sudah mengikuti ujian ulangan(remedial) berulang kali. Nilai ujian pertama, ya sudah pasti sungguh menyedihkan.

Kedua orang tuanya tidak pernah berdiam diri, selalu mengingatkan untuk belajar. Karena pentingnya pendidikan akan berdampak pada diri sendiri.

“Uci katanya mau jadi “orang komputer”, tapi malas belajar. Walaupun capek tetep harus belajar, baca buku”, ucapan lirih dari ibunya. Karena segala macam peringatan sudah dilakukan dan disampaikan, hingga akhirnya keluar lah ancaman bahwa harus berhenti mengikuti kegiatan ekstrakurikuler lagi.

Kali ini si bungsu menurut. Ia tak lagi mengikuti kegiatan apapun di sekolah. Mulai belajar, mulai mendengerkan setiap perkataan gurunya, tak pernah lagi keluar kelas. Namun, saat teman-temannya serius belajar, ia membuat puisi. Di rumah juga begitu. Ia sudah berusaha untuk belajar, namun lebih banyak terarah minatnya pada puisi dan musik.

Sebabnya, ia tak terlalu paham dengan pelajaran. Setidaknya masih ada yang bisa disyukuri, dari sekian banyak pelajaran teknik komputer  ia hanya bisa menginstal sistem operasi windows.

Bersambung….


(sudah hampir mendekati akhir cerita)
Sebelumnya
Selanjutnya

5 komentar:

  1. Konfliknya mulai timbul,jadi makin penasaran akhir ceritanya Uci dengan Komputer Coklatnya kayak gimana.

    BalasHapus
  2. ikuti terus ceritanya ya bang...

    BalasHapus
  3. Bagus ceritanya. Wah, buat referensi saya menulis nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. semangat ngodop (one day one post) mba..
      yukk baca part selanjutnya :D

      Hapus