Photo by 阿江 on Unsplash |
Awan sudah mulai terlihat senja
dengan warna oranye keemasan dan desiran angin malam mulai terasa. Sudah sore
rupanya jalanan pun sudah terlihat sepi tidak banyak kendaraan yang berlalu
lalang. Orang-orang sudah mulai kembali ke rumah sedari tadi ingin istirahat
melepas penat selepas bekerja, berdagang, sekolah dan lain-lain.
Sedangkan Uci, ia masih duduk di halaman
sekolah dengan beberapa teman sambil menunggu dijemput oleh ibunya. Tidak banyak, hanya siswa
dan siswi yang masih berada di sekolah karena mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler, termasuk Uci. Iya, si bungsu kini telah berhasil masuk sekolah
yang diinginkannya juga jurusan yang sangat diidamkannya. Setelah berhasil
lulus mengikuti berbagai tes ujian untuk masuk sekolah tersebut, ia sangat
senang.
Menjadi anak SMK. Tubuhnya
semakin tinggi namun karena mengikuti kegiatan ektrakurikuler yang menyita
banyak waktu dan tenaga, membuat kulitnya semakin menghitam, dan kurus. Remaja
yang menjelang dewasa. Ia hanya fokus dengan kegiatan-kegiatan di sekolah
selepas jam belajar.
Bagaimana dengan cita-citanya? Si
bungsu mulai lupa. Terlalaikan dengan aktivitasnya yang kian padat. Bahkan
mendekati perlombaan-perlombaan seni musik yang ia ikuti sudah sangat menyita
waktu, disela-sela jam belajar sedang berlangsung pun ia akan izin keluar kelas
untuk berlatih dengan teman-teman kelompok musiknya. Setibanya di ruang musik teman-teman
kelompoknya yang berasal dari kelas dan jurusan lain sudah menunggu. Sambil menunggu pelatih
musik datang ia kerap membuat puisi sambil mendengarkan lagu-lagu. Perlombaan yang
ikuti mewakili nama sekolah oleh sebab itu guru-guru mengizinkan jika ingin
keluar kelas.
Tas ransel hitam yang berisikan
banyak barang bawaan, seragam praktek kejuruan, buku-buku belajar yang tak
pernah dibuka apalagi dipelajari, pakaian ganti untuk latihan musik. Selalu
pulang sore hari. Kedua orang tua pun mulai mengeluh. Bukan karena tidak
mengizinkan mengikuti kegiatan, namun karena si bungsu sudah semakin tak mau
belajar.
Sungguh miris keadaannya kini,
bercita-cita menjadi "orang komputer". Tetapi, dengan niat belajar yang kian
menurun tidak ada yang bisa diharapkan. Bisa naik kelas saja sudah sangat
bersyukur, setiap pembagian raport orang tuanya akan mengelus dada melihat
nilai yang pas-pasan itu pun karena sudah mengikuti ujian ulangan(remedial)
berulang kali. Nilai ujian pertama, ya sudah pasti sungguh menyedihkan.
Kedua orang tuanya tidak pernah
berdiam diri, selalu mengingatkan untuk belajar. Karena pentingnya pendidikan
akan berdampak pada diri sendiri.
“Uci katanya mau jadi “orang komputer”,
tapi malas belajar. Walaupun capek tetep harus belajar, baca buku”, ucapan
lirih dari ibunya. Karena segala macam peringatan sudah dilakukan dan
disampaikan, hingga akhirnya keluar lah ancaman bahwa harus berhenti mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler lagi.
Kali ini si bungsu menurut. Ia
tak lagi mengikuti kegiatan apapun di sekolah. Mulai belajar, mulai
mendengerkan setiap perkataan gurunya, tak pernah lagi keluar kelas. Namun,
saat teman-temannya serius belajar, ia membuat puisi. Di rumah juga begitu. Ia sudah
berusaha untuk belajar, namun lebih banyak terarah minatnya pada puisi dan musik.
Sebabnya, ia tak terlalu paham
dengan pelajaran. Setidaknya masih ada yang bisa disyukuri, dari sekian banyak
pelajaran teknik komputer ia hanya bisa
menginstal sistem operasi windows.
Bersambung….
(sudah hampir mendekati akhir cerita)
Konfliknya mulai timbul,jadi makin penasaran akhir ceritanya Uci dengan Komputer Coklatnya kayak gimana.
BalasHapusikuti terus ceritanya ya bang...
BalasHapusBagus ceritanya. Wah, buat referensi saya menulis nih
BalasHapussemangat ngodop (one day one post) mba..
Hapusyukk baca part selanjutnya :D
makasih pak
BalasHapus