Jumat, Januari 31, 2020

Dimensi Waktu

sumber gambar : undraw.co

Bangun pagi, dengan perasaan lusuh yang selalu rajin mampir. Beranjak dari kasur, menarik napas harap malas segera luntur. Sepotong roti, selai manis stroberi menjadi santapan setiap hari. Lalu, menyeruput kopi hitam pekat. Aromanya sedikit menenangkan pikiran yang campur aduk, mata yang masih mengantuk juga perasaan suntuk.

Ke sekolah, bekerja, berbelanja, atau diam di rumah. Ada kesibukan yang padat menyita waktu sesuai porsi yang telah dibagi. Seperti terjebak waktu, rotasinya berputar di satu poros.Dua puluh empat jam sehari, tiga puluh hari dihabiskan, dengan beragam kegiatan.

Hari ini menaiki kendaraan yang sama lagi, karena memang tidak pilihan yang lain. Berdesakan di dalam kereta. Masing-masing penumpang ada tujuannya. Dengan menempuh beberapa menit, menunggu sambil membaca berita elektronik, atau sekedar berbincang dengan mereka yang sering ditemui. Dalam sepekan orang-orang dengan wajah serupa, sering duduk bersebelahan, hingga akhirnya akrab dengan tidak disengaja.

Duduk berjam-jam, menatap layar berukuran beberapa inci. Deretan baris berisi angka dan kata-kata, diketik dengan seksama. Tidak boleh ada yang salah maka akan beda hasilnya. Membuat laporan jika diminta. Mencetak kertas basah yang sudah terkena tinta.

Kemarin mendengarkan suara bentakan, ternyata hari ini juga. Menurutnya ada yang kurang saat proses pengerjaan. Harus kembali diulang, jika belum dapat koreksi yang membenarkan maka tidak akan boleh pulang. Terlewatkan begitu saja petang yang ada di depan mata. Dengan angkuhnya turut menenggelamkanmentari dari sebelah barat.

Menghela napas lagi. Lelah sudah pasti.Ketika memilih jalan seperti ini untuk di lalui, maka harus dinikmati. Lembaran almanak di dinding sudah bermacam-macam corak diganti. Berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, namun masih setia duduk di satu ruangan itu.

Esok pagi-pagi harus naik kereta lagi. Berdesak-desakan seperti itu lagi. Bentakan berirama keras sang nyaring. Telinga sudah terlanjur kebal mendengarnya, tapi hati ini tetap saja merasa sedih. Rasanya seperti dejavu, padahal memang kenyataan yang terjadi seperti itu. Rotasi yang sama berputar dengan sesukanya.

Terjatuh dalam mesin waktu
Terus-menerus
Terulang hingga menjeluak
Pasti begini
Pasti begitu

Terjatuh dalam mesin waktu
Sama dengan esok
Tidak ada yang belok
Tetap Lurus berjibaku

Matahari tetap terbit dari timur, lalu terbenam perlahan di sebelah barat. Angin akan terus berhembus, oksigen mengalir memberi napas. Bulan juga akan tampil di malam hari. Semuanya banyak yang pasti di dunia ini. Bekerja setiap hari, jadwal yang padat dalam sepekan. Bangun pagi pulang sore hari. Dimarahi, hari ini. Terus berulang siklusnya.

Akan tetapi  kejenuhan yang dialami, tetap harus disyukuri. Dan bisa saja, walaupun hari ini dirundung hujan ketika beraktifitas, namun, belum tentu besok juga akan hujan. Setiap waktu punya rahasianya masing-masing. Hari berganti begitu pula dengan takdir yang dibawanya, percayalah tidak akan pernah sama, selagi terus berpikir positif. Dikala pikiran kusut melanda, lakukan hal-hal yang menjadi kegemaran untuk menimbulkan rasa nyaman.

Sekedar mencari udara segar di luar ruangan sempit, melihat awan bergerak beriring. Polanya juga selalu berubah. Kadang bulat, bergerigi, dan lain-lain. Terjebak di mesin waktu, berputar terus menerus. Namun, akan ada keajaiban menanti jika hati ini bersabar dalam menjalani.

Sebelumnya
Selanjutnya

4 komentar:

  1. Pengin gitu kemana ya, rumput hijau langit biru, banyak bunga-bunga, ngga ada suara bising, hehe

    BalasHapus
  2. Setuju mbak^^ pasti kan ada keajaiban

    BalasHapus